wayang thengul |
Teng (”methentheng”) dan Ngul (“menthungul ”), sampai pada saat ini di kabupaten Bojonegoro pertunjukan wayang thengul masih didukung oleh pelaku aktif 14 orang dalang yang tersebar di wilayah Kapas, Balen, Padangan, Sumberrejo, Kedungadem, sukosewu, Bubulan, Margomulyo, dan kecamatan kanor yang berjarak ± 40 Km dari Kota Bojonegoro para dhalang memiliki wilayah tanggapan (wilayah pentas). Pertunjukan wayang thengul Bojonegoro dipentaskan dalam acara yang berkaitan erat dengan hajat ritual upacara tradisional, ruwat dan nadzar.
Wayang thengul yang berbentuk 3 dimensi ini, biasanya dimainkan dengan diiringi gamelan pelog/slendro. Wayang thengul ini memang sudah jarang dipertunjukkan lagi, namun keberadaannya tetap dilestarikan di Bojonegoro. Para dhalang belajar secara otodidak dengan cara nyantrik (membantu sambil mempelajiri setiap pentas pada dalang senior), dan salingmengapresiasi permainan sesama dhalang wayang thengul maupun dari pertunjukan wayang kulit pada umumnya.
Wayang thengul Bojonegoro cenderung menggelar lakon-lakon wayang gedhog, bahkan beberapa lakon terkait dengan Serat Damarwulan yang sering dilakonkan dalam pertunjukan wayang klithik.
Tradisi pertunjukan wayang thengul di Bojonegoro nampaknya lebih dekat dengan ceritera Gedhog, Bangun Majapahit yaitu ceritera yang bersumber pada babad Majapahit, babad Demak. Dilihat dari perupaan dan visualisasi karakter tokoh dalam wayang thengul memiliki kedekatan karakter dengan tipologi yang tertuang dalam wayang gedhog dan wayang menak. Sehingga sangat wajar, wayang thengul lebih dekat dengan lakon wayang menak, lakon-lakon Panji serta ceritera para wali pada masa kerajaan Demak.
0 komentar:
Posting Komentar